Bata Tahan Api dan Bata Merah Apa BedanyaBata Tahan Api dan Bata Merah, Apa Bedanya?
Loka Refractories - Apa perbedaan bata tahan api dan bata merah?

Dari segi penampilan, bata tahan api dan bata merah terlihat serupa. Tapi jangan salah, mereka berbeda jauh!

Bata tahan api dan bata merah memiliki kegunaan dan komposisi yang sangat berbeda. Perbedaannya akan dijabarkan dalam penjelasan berikut.

Perbedaan Bata Tahan Api dan Bata Merah



Pertama, mari kita bahas perbedaan komposisinya. Bata tahan api memiliki komposisi utama alumina yang berasal dari bauksit dan silika yang berasal dari pasir kuarsa.

Bahan baku tersebut memiliki sifat refractory sehingga tahan terhadap suhu yang sangat tinggi.

Selain alumina dan silika, bata tahan api juga memiliki bahan baku lainya seperti magnesia, carbon, silika karbida, dan lain sebagainya menyesuaikan kebutuhan dan aplikasinya.

Sedangkan bata merah memiliki komposisi tanah lempung dengan bahan aditif seperti pasir, kapur, abu, dan sebagainya. Oleh karena itu bata merah tidak memiliki sifat refractory.

Kedua, mari kita bandingkan kegunaannya. Bata merah umum digunakan untuk membangun dinding bangunan rumah, gedung, dan sejenisnya.

Sedangkan bata tahan api digunakan untuk membangun lining pada tungku, oven, boiler, ladle, reformer yang melibatkan energi panas dan tekanan tinggi.

Sebenarnya, bata merah juga memiliki sifat tahan api. Namun, ia tidak memiliki ketahanan terhadap suhu hingga 1800 C juga tekanan dan abrasi.

Perbedaan lainnya yaitu bata merah memiliki harga jauh lebih murah dibandingkan bata tahan api.

Jika Anda membutuhkan bata merah, Anda dapat menemukannya dengan mudah di toko bangunan terdekat.

Menemukan bata tahan api juga tidak kalah mudahnya. Hubungi Loka Refractories di:

Telepon : (031) 7663307/0821-4280-8500
E-mail : info@lokarefractories.com

Kami siap supply bata tahan api dengan ukuran standard (230x114x65mm) dan ukuran custom sesuai kebutuhan industri Anda!
Learn More
Kegagalan Refractory SpallingKegagalan Refractory: Spalling
Tahukah anda bahwa material refractory dapat mengalami kegagalan setelah instalasi?

Material refractory yang terpasang di sebuah tungku akan berkontak dengan lingkungan ekstrim seperti suhu tinggi dan tekanan tinggi.

Oleh karena itu, refractory lining dapat mengalami kegagalan jika tidak menggunakan material yang tepat.

Ada banyak jenis kegagalan refractory yang disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu yang paling umum terjadi yaitu spalling. Apa itu spalling dan apa yang menjadi penyebabnya? Simak penjelasan di bawah!

Apa itu Spalling?

Spalling adalah lepasnya sebagian material dari induknya karena adanya tekanan (stress) internal material sebagai respons terhadap perubahan kondisi lingkungan.
Biasanya, spalling dimulai dari munculnya keretakan atau pecahnnya material yang terpasang.

Terdapat tiga jenis spalling dengan penyebab yang berbeda, yaitu thermal spalling, structural spalling, dan mechanical spalling.

Jenis-jenis Spalling

Thermal spalling adalah kerusakan material oleh kejut suhu yang menghasilkan perbedaan suhu yang menimbulkan stress.
Kerusakan terjadi melalui pembentukan retak awal akibat stress yang ditimbulkan kejut suhu lebih besar dari kekuatan material dan dilanjutkan oleh pelanjutan retak (crack propagation).


Structural Spalling adalah spalling yang disebabkan oleh perubahan fasa (mineralogi, wujud), sehingga perbedaan sifat dari bagian terubah dan asli yang menyebabkan stress internal.

Structural spalling disebabkan oleh overheating dan reaksi kimia/penetrasi.

Structural spalling yang disebabkan oleh overheating dapat dicegah dengan:
- Pengendalian suhu
- Pengendalian udara masuk atau atmosfer tungku
- Pemilihan refractory yang sesuai

Sedangkan yang disebabkan oleh reaksi kimia dan penetrasi dicegah dengan:
- Pemilihan bahan refraktori sesuai sifat lingkungan dalam tungku (asam, netral, basa)
- Pengaturan porositas, distribusi ukuran pori, kebasahan, dll.


Mechanical Spalling yaitu kegagalan yang seringkali disebabkan oleh beban terkonsentrasi karena tidak terdistribusinya gaya mekanis secara merata.

Penyebabnya yaitu desain lining pada refractory dan sambungan metal seperti steel anchor, dan pada pasangan bata pada busur tungku. Penyebab lainnya yaitu penggunaan material yang tidak tepat.

Kegagalan refractory Spalling ataupun lainnya dapat dicegah dengan memilih material refractory dengan spesifikasi yang tepat dan kualitas yang baik.

Pilih material refractory kualitas terbaik dari Loka Refractories! Hubungi kami dan dapatkan penawaran terbaik!

Phone : 0821-4280-8500
E-mail : marketing@lokarefractories.com

Sumber gambar :
https://link.springer.com/article/10.1007/s11661-011-0635-x/figures/13
Learn More
Korosi  Definisi dan Cara MengendalikannyaKorosi : Definisi dan Cara Mengendalikannya
Halo semua! Kami kembali lagi dengan pembahasan mengenai kegagalan refractory.

Sebelumnya telah dibahas kegagalan refractory oleh Spalling yang dapat Anda baca di sini.

Kali ini, kami akan membahas mengenai korosi, yaitu hilangnya massa material refractory. Apa penyebabnya? Bagaimana mencegahnya? Scroll ke bawah dan simak informasi lengkapnya!

Apa itu korosi?

Korosi yaitu kehilangan massa refractory yang disebabkan oleh adanya reaksi kimia antara material berkontak.

Bahan yang berkontak dengan refraktori dapat berupa padatan, cairan ataupun gas.

Korosi dapat terjadi melalui empat proses yaitu dissolusi (pelarutan), reaksi, dan penetrasi zat korosif ke dalam pori.

Bagaimana cara mengendalikan korosi?

Pada umumnya, proses korosi dapat dicegah dengan langkah-langkah berikut:

- Menurunkan reaktivitas kimia dan menaikan luas spesifik. Karena semakin halus butiran maka semakin reaktif sehingga zat semakin cepat larut ke dalam leburan.

- Mengatur komposisi utama (filer dan matriks).

- Menurunkan laju disolusi dengan menurunkan beda konsentrasi antarmuka dan leburan, menghindari pengadukan, dan menurunkan suhu.

- Mengatur kesesuaian tingkat keasaman antara refraktori dengan leburan/terak.

- Mengendalikan porositas dan tekstur dengan langkah berikut:
1. Menggunakan distribusi partikel rentang lebar untuk menurunkan interkoneksi antar pori.

2. Perbaikan teknik pencampuran dan pencetakan saat produksi.

3. Menambahkan bahan yang memungkinkan penutupan pori.

- Mengendalikan proses penetrasi dengan menaikkan viskositas dan menutupi pori.

- Mengendalikan disolusi dengan mengatur reaktivitas kimia dan luas spesifik, dan menurunkan suhu.

- Mengendalikan reaksi oksidasi - reduksi dengan mengatur komposisi/tambahan pencegah oksidasi.

Demikian sedikit penjelasan mengenai korosi pada lining refractory.

Dapatkan solusi refractory terbaik untuk industri Anda sekarang juga dengan menghubungi :
Phone : 0821-4280-8500/031-7665507
E-mail : marketing@lokarefractories.com
Learn More
Kegagalan Refractory AbrasiKegagalan Refractory: Abrasi


Apakah Anda familiar dengan kata Abrasi?

Umumnya, abrasi diketahui sebagai proses pengikisan pantai akibat tekanan dari gelombang laut.

Lalu, tahukah Anda bahwa abrasi juga dapat terjadi pada material refractory?

Kegagalan refractory dapat terjadi akibat abrasi sehingga mengalami pengikisan atau keausan oleh kerja mekanikal seperti, gerus, gesek, gosok, dan lain-lain.
Setiap material refractory memiliki ketahanan abrasi yang berbeda.

Ketahanan abrasi material refractory dipengaruhi oleh Modulus of Rupture, ukuran partikel penumbuk dan tekanan semprot, serta sudut tumbukan dan ukuran partikel penumbuk.

Ingin tahu lebih banyak? Simak penjelasan di bawah ya!

Modulus of Rupture (MOR) yaitu suatu ukuran kekuatan material refractory sebelum mengalami keretakan hingga patah. Ketahanan abrasi berbanding terbalik dengan MOR. Semakin tinggi volume yang hilang akibat abrasi, maka semakin rendah MOR material tersebut.

Ukuran partikel penumbuk dan tekanan semprot juga mempengaruhi ketahanan abrasi. Semakin besar ukuran/massa dan tekanan maka energi kinetik makin besar dan volume yang hilang oleh abrasi meningkat.

Selain itu ukuran partikel penumbuk dan sudut tumbukan memiliki pengaruh terhadap ketahanan abrasi yang dipaparkan sebagai berikut:

• Semakin besar itu ukuran partikel penumbuk dan sudut tumbukan, maka energi kinetik semakin besar

• Jika ukuran partikel penumbuk lebih kecil dari ukuran partikel agregat, maka akan mempengaruhi matriks. Perbaiki kekuatan dengan menurunkan kuantitas matriks.

• Jika ukuran partikel penumbuk lebih kecil dari ukuran partikel agregat, maka pilih agregate dengan ketahanan abrasi tinggi seperti SiC dan Al2O3.

Demikian artikel tentang kegagalan refractory yang disebabkan abrasi. Dapatkan material refractory tahan abrasi dengan menghubungi :

Phone: 0821-4280-8500
Website : www.lokarefractories.com




Learn More
Klasifikasi Bata Tahan Api Berdasarkan Standar MutuKlasifikasi Bata Tahan Api Berdasarkan Standar Mutu

Ada banyak klasifikasi material refractory. Diantaranya berdasarkan bentuk, sifat, komposisi, dan lain sebagainya.

Pada artikel kali ini akan dibahas klasifikasi refractory bata tahan api berdasarkan standar mutu. 

Standar mutu bata tahan api mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh American Standard Testing and Materials atau ASTM International.

Lalu, apa saja klasifikasinya berdasarkan standar mutu ASTM International? Simak penjelasan di bawah ya!  

Bata Silika (C 416-97 ASTM)

Komposisi Bata Silika sebagai berikut:
a)    AI₂O₃    < 1,5 %
b)    TiO₂    < 0,2 %
c)    Fe₂O₃    < 2,5%
d)    CaO    < 4,0 %

Adanya kontaminan dalam bata silika cenderung menurunkan refractoriness dan penggunaannya terbatas.

Besarnya alkali dan alumina dapat digunakan untuk memperkirakan sifat refractoriness.

Bata Silika diklasifikasikan berdasarkan ketidakmurnian dan biasanya disebut flux factor.

Bata Alumina Silikat (fire clay) dan alumina tinggi (C 27-98 ASTM)

Bata Refraktori alumina-silika diproduksi dari berbagai kombinasi kadar alumina dan silika. 

Variasi komposisi kimia cukup luas mulai dari hampir 100% alumina dengan sedikit silika, hingga hampir 100% silika dengan sedikit alumina. 

Klasifikasi berdasarkan komposisi kimia dan sifat fisik terdiri dari :

1. Fire clay brick diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisik, bisa menjadi overlap antara kadar alumina dan silica:
Super-duty, High-duty, Semi-silica, Medium-duty, dan Low-duty.

2. Bata alumina tinggi (High Alumina Brick) diklasifikasikan berdasarkan kadar alumina: 50, 60, 70, 80, 85, 90, dan 99%.

Bata Isolasi Samot (Insulating Fire Brick)

Klasifikasi bahan isolasi panas dikenal sebagai bata isolasi samot (insullating fire brick). Bahan isolasi ini cocok digunakan untuk melapis tungku industri jenis tertentu.

Bata Isolasi AI₂O₃ - SiO₂ (fire brick) ASTM C 155 - 97 diklasifikasikan sebagai berikut :

Kelas

Susut kemudian maks 2%

pada Temp°C

Bulk Density maks

Lb/ft3 (g/cm3)

16

845

0,54

20

1065

0,64

23

1230

0,77

26

1400

0,86

28

1510

0,96

30

1620

1,09

32

1730

1,52

33

1790

1,52

Demikian artikel mengenai klasifikasi bata tahan api berdasarkan standar mutu ASTM International. 

Dapatkan batu tahan api berkualitas dengan menghubungi :

Phone: 0821-4280-8500

E-mail : info@lokarefractories.com

Learn More
Metode Inspeksi Refractory MonolithicMetode Inspeksi Refractory Monolithic
Setiap melakukan pemasangan material refractory, perlu dilakukan inspeksi setelahnya. Tujuannya yaitu memastikan material yang terpasang sesuai kondisi yang ditetapkan dan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

Metode inspeksi refractory berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Pada artikel ini akan dijelaskan mengenai metode inspeksi refractory monolithic atau unformed seperti castable, mortar dan lain sebagainya.

Refractory monolithic diinspeksi dengan dua metode, yaitu inspeksi visual dan inspeksi lapisan untuk vesel bertekanan. Simak penjelasannya di bawah!

Inspeksi Visual

Beberapa metode inspeksi visual diantaranya sebagai berikut:
1) Inspeksi Sambungan Penutup
Periksa jika mortar atau seal antara packing telah dipack diantara sambungan dengn sesuai.

2) Inspeksi Dimensi
Periksa dimensi dengan hati hati, utamanya lokasi dimana akurasi dimensi harus dijaga (misal, bagian sambungan dengan aksesori).

3) Perbaikan
Jika inspeksi mendapati perbaikan diperlukan tindak lanjut dengan perbaikan setelah membuang refraktori rusak dari lokasi perbaikan. Buang castable semestinya yang memungkinkan anchor dapat mendukung pemasangan refractory yang baru.

Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :

1. Yakinkan bahwa penghilangan tidak mempengaruhi lining yang normal di sekitarnya. Juga yakinkan bahwa material backup jika ada yang rusak oleh pembongkaran.

2. Bersihkan luasan setelah pembongkaran refraktori. Gantikan dengan hanya castable dari jenis yang sama. Juga sebelum pasang ulang castable, gunakan air segar untuk membasahi luasan yang siap dipasang yang kontak dengan castable baru.

3. Untuk memperbaiki lapisan, umumnya digunakan metode instalasi yang sama untuk area yang luas dengan cara yang sama seperti ketika refraktori awal dipasang.

Inspeksi Lapisan untuk Vesel Bertekanan

Inspeksi lapisan untuk vesel bertekanan dapat dilakukan dengan visual atau gelombang suara, dan hammer test.

Inspeksi ini dilaksanakan setelah pengeringan alami dan dryout. Jika diperlukan, dapat dilakukan uji x-ray atau uji yang tidak merusak lainnya mungkin untuk daerah yang sangat penting.

Metode inspeksi lapisan untuk vesel bertekanan diantaranya:

1. Inspeksi setelah pengeringan alami (24 jam setelah instalasi)
a) Yakinkan bahwa pengerjaan lining memuaskan.
b) Periksa jika ada material pantulan yang masih melekat pada permukaan di gunning.
c) Periksa retakan.
d) Periksa dimensi.

2. Uji Hammer
Uji hammer merujuk pada pemukulan ke lapisan dengan palu, kira kira pada jarak interval 300mm untuk meyakinkan dari suara bahwa lining dipasang memuaskan.

Uji hammer ditujukan terutama untuk menentukan tidak ada material pantulan melekat pada lining yang di gunning, tidak ada laminasi pada lining yang menyebabkan lepas (peeling), castable refraktori pas bersentuhan dengan sel dan ruang kosong dalam refraktori.

Demikian artikel mengenai inspeksi refractory monolithic.

Jika perusahaan Anda membutuhkan refractory monolithic untuk aplikasi pada furnace, boiler, kiln dan sebagainya, hubungi :

Phone : 0821-4280-8500
E-mail : info@lokarefractories.com


Learn More